Langsung ke konten utama

Ouestion in Autumn


Pada suatu sore di musim gugur, Haru masih belum beranjak dari bangku yang ada ditaman yang sudah ditempatinya sejak tadi pagi. Seharusnya dia tidak berada ditempat ini. Pagi tadi dia sudah bersiap untuk pergi kekampus mengikuti ujian akhir semester. Memakai kemeja putih dipadukan dengan jeans hitam dan sepatu kets kesayangannya serta tas ransel biru tua miliknya, dia sungguh sudah siap menghadiri ujian terakhir disemester ini. Tapi dia justru berhenti berjalan dan memutar arahnya kearah taman kampus disaat kelasnya sudah dekat. Masih ada 30 menit sebelum ujian dimulai. Dia duduk disebuah bangku taman yang ada dibawah pohon. Dia menarik napas, lalu membuangnya, menarik napas lalu membuangnya. Kegiatan itu dilakukannya terus menerus. Ada apa dengannya? Apa dia terlalu gugup untuk ujian terakhir? Apa dia tidak memiliki persiapan?
“Apa yang akan aku lakukan?”. Pertanyaan itu terus berulang dikepalanya tanpa bisa dia jawab.
“Bulan depan sudah masuk semester baru dan tahun depan aku sudah akan lulus, Lulus?” Dia tersenyum kecut mendengar pertanyaan baru itu.
“Setelah itu apa? Bekerja? Apa yang kuandalkan untuk bekerja? Ijazah? Hah, Shit” Kepala ditekuknya akibat pertanyaan yang dia tidak tau apa jawabannya. Lama dia berada dalam posisi ini sampai ketika dia merasakan ada yang jatuh dikepalanya. Diambilnya dan dilihatnya apa itu. Daun kering. Daun kering yang berguguran satu persatu terbang kearah gadis itu. Diambilnya beberapa dan dipandanginya.
“Kenapa mereka mengering?” Pertanyaan baru lagi.
“Kenapa aku memikirkannya? Masalahku saja sudah banyak.” Dia menggerutu tapi tetap tidak berhenti memandangi daun kering yang dipegangnya.
“Karena memang sudah saatnya. Semua itu ada waktunya. Daun-daun itu sudah bertahan untuk waktu yang lama dan sekarang waktunya untuk daun itu untuk berhenti. Setelah mati meraka hanya kan menjadi sampah. Bertahan lalu menjadi sampah? Hah mengerikan”
“Ah tidak, mereka akan berubah menjadi kompos yang akan berguna untuk pohon lagi dan menghasilkan daun yang baru. Ya, setidaknya hidupmu berguna daun-daun.” Gadis itu tersenyum atas analisanya sendiri .
“Daun, Aku sudah membantumu menyelesaikan masalahmu, sekarang bantu aku dengan masalahku, ya?” Lucu sekali permintaan gadis itu. Daun tidak pernah memintanya untuk menyelesaikan masalah, gadis ini saja yang menciptakan masalahnya sendiri.
Lama menunggu untuk jawabannya, gadis ini akhirnya memiliki jawabannya sendiri.
“Bertahan, ya itu jawabannya. Aku tidak mungkin mengalami masa sulit terus kan? Aku hanya harus melakukan yang terbaik dan aku harus percaya pada diriku kalau aku memang mampu” Akhirnya senyum yang benar-benar sampai matanya terukir di bibir manisnya. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Senja

Just a Girl

Life is unfair and you know it’s plain to see Stop and stare I thing I’m moving but I go nowhere No body said it was easy No one ever said it would be this hard How come things move on when it feels like the end of my world? This world can make you feel small I’m just a girl who caught up in dreams and fantasies There’s a me and no one knows Will they open their eyes and realize that i am real? I guess I need my life to change I just wanna live a life from a new persfective I don’t think twice or rationalize because something I can Am I wrong for thingking that i can be something for real?

A fan Of her